Jumat, 21 Oktober 2011

cerita kecil, luar biasa....

Basecamp Alkemis 09.19 9-Januari 2011


Jual bakso ah...


ketika itu matahari terlihat hampir menyentuh cakrawala, ketika baru saja aku pulang dari kantor. Anak-anak yg tinggal bersamaku terlihat masih bermain riang, ada yang menggambar peta, sebagian lagi masih asyik mewarnai dan bermain di taman depan rumah. Mereka adalah anak asuhku. Kucoba luangkan waktu sebentar untuk mengurusi tanaman di depan rumah sepulangnya dari kantor.
"trek.. tek. tek. trek.. tek. tek."
terdengar suara tukang bakso dari jalan yang lewat depan rumahku.
"wah pas banget" batinku
akupun langsung menghentikannya dan menawari anak-anak siapa saja yang mau makan bakso,, dan semuanya menjawab "Maauuuuuu..."
kamipun makan sama-sama di taman rumah, duduk-duduk, sambil bercerita apa saja yang mereka lakukan hari ini. semua tampak senang menceritakan apa saja yang sudah mereka lakukan hari ini. selesai makan bakso kemudian aku membayarnya, di sinilah ada kejadian yang unik, memmbuatku tertarik..
Ketika aku menyodorkan uang pada bapak tukang bakso itu, dia tidak langsung menaruhnya di tempat penyimpanan. tapi ia pisahkan uang itu menjadi tiga bagian.
satu bagian ditempatkan di dompet, satu bagian disimpan di laci, dan satu bagian lagi dimasukkan ke dalam tempat semacam toples kue.
Karena penasaran dengan apa yang dilakukan bapak tukang bakso tadi, akupun langsung bertanya.
"Mang kalau boleh tanya, kenapa uang-uang tadi dipisahkan?,"
"oh.. iya mas, saya hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, dan mana yang menjadi hak yang lain, dan menjadi hak penyempurnaan agama saya"
"Maksudnya mang?" tanyaku lagi masih belum paham.
"Iya, mas, yang di dompet tadi itu untuk memenuhi hak keluarga saya, Nafkah yang saya berikan. Kalau yang di laci itu haknya orang lain, untuk berbagi sesama, sedekah, dll. atau untuk Kurban. Alhamdulillah setiap tahun saya bisa Kurban, walau hanya 1 ekor kambing yang sedang."
"Kalau yang di toples itu pak?" lanjutku tanya.
"Yang di toples itu hak cita-cita saya mas, menyempurnakan kewajiban saya sebagai seorang muslim"
dengan sedikit mengernyitkan dahi dan mencoba memahami ucapannya, aku menyambung "Haji mang?"
dengan polosnya Bapak tukang bakso tadi menjawab
"Iya mas, saya dan istri saya sepakat bahwa setiap hari harus menyisihkan sebagian rezki yang diperoleh dari berjualan ini untuk menunaikan ibadah haji"
Aku tertegun sejenak,,
"kalau boleh tau mang, sudah berapa lama menabung?"
dengan polosnya Bapak tukang bakso tadi menjawab
"Alhamdulillah mas, sudah 17 tahun saya menabung dan insyaAllah dua tahun lagi saya dan istri akan benar-benar naik haji."
aku terdiam cukup lama, jawaban yang benar-benar tidak aku duga, jawaban yang seolah-olah ini cambuk peringatan dari Allah.

aku beranikan lagi bertanya kepada bapak itu.
"Lho pak, bukannya ibadah haji hanya untuk mereka yang mampu saja? termasuk yang mampu biaya?"
"itulah sebabnya mas, kami malu kalau bicara soal rezeki, kami sudah diberi nikmat dan rezeki oleh Allah, hanya tinggal diminta menyisihkan sebagian rezeki saja tidak mampu. kami malu mas."

-diadaptasi dari cerita seorang sahabat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar